ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT INDOCEMENT
TUNGGAL PRAKARSA Tbk
PENDAHULUAN
Pengertian Analisa Laporan Keuangan
Analisa
laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu
mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan
masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling
mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisa
laporan keuangan sebenarnya banyak sekali namun pada penelitian kali ini
penulis menggunakan analisa rasio keuangan karena analisa ini lebih sering digunakan
dan lebih sederhana.
Pengertian Laporan Keuangan
Menurut
Munawir (2004:2) mengemukakan pengertian laporan keuangan sebagai berikut:
“Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari
perusahaan tersebut.”
Menurut
Harahap (2002:7) mengemukakan bahwa: “Laporan keuangan adalah merupakan pokok
atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi
para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan
juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai
tujuannya.”
Sedangkan
menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 (IAI:2004:04) mengemukakan bahwa:
“Laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut
prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan
dari individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan kuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan.”
Laporan
keuangan adalah suatu bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus
kas, atau laporan arus dana), dan catatan atas laporan keuangan.
PEMBAHASAN
A.
Isi
Laporan keuangan
Isi
Laporan Keuangan terdiri dari :
1.
Neraca
Neraca
menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercermin pada jumlah
harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal perusahaan. Menurut harahap
(2007:107) mengemukakan bahwa: “Laporan neraca atau daftar neraca disebut juga
laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva,
kewajiban, dan modal pada saat tertentu. Laporan ini disusun setiap saat dan
merupakan opname situasi keuangan pada saat itu.”
Dalam penyajiannya neraca dapat dibagi dalam 3
bentuk, menurut Harahap (2002:75) bentuk neraca yang umum digunakan adalah
sebagai berikut :
-
Bentuk Neraca Staffel (Refort Form),
Neraca ini dilaporkan satu halaman bertikal. Disebelah atas dicantumkan total
aktiva dan di bawahnya disajikan pos kewajiban dan pos modal.
-
Bentuk Neraca Skontro (Account Form), Di
sini aktiva disajikan di sebelah kiri dan kewajiban serta modal ditempatkan di
sebelah kanan sehingga penyajiannya sebelah-menyebelah.
-
Bentuk yang Menyajikan Posisi Keuangan
(Financial Position Form), Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan
seperti dalam bentuk sebelumnya yang berpedoman pada persamaan akuntansi. Dalam
bentuk ini pertama-tama dicantumkan aktiva lancar dikurangi utang lancar dan
pengurangannya diketahui modal kerja. Modal kerja ditambah aktiva tetap dan
aktiva lainnya kemudian dikurangi utang jangka panjang, maka akan diperoleh
model pemilik.
2.
Perhitungan Laba Rugi
Laporan
laba rugi merupakan laporan mengenai pendapatan dan beban-beban suatu
perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi juga merupakan tujuan
utama untuk mengukur tingkat keuntungan dari perusahaan dalam suatu periode
tertentu. Hasil akhir dari suatu laporan laba rugi adalah keuntungan bersih
atau kerugian. Kemudian bila perusahaan tidak membagi deviden, maka seluruh
hasil akhir tersebut menjadi laba ditahan. Tetapi bila perusahaan membagi
deviden, maka hasil akhir tersebut terlebih dahulu dikurangi dengan deviden
untuk memperoleh nilai laba ditahan.
3. Laporan
Arus Kas
Laporan
arus kas menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan sebagai akibat dari kegiatan
usaha, pembelanjaan, dan investasi selama periode yang bersangkutan. Menurut
Harahap (2002:93) mengemukakan bahwa: “Laporan arus kas ini dinilai banyak
memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan
likuiditas di masa yang akan datang. Laporan arus kas ini memberikan informasi
yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu perusahaan pada
suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada
kegiatan operasi, pembiayaan dan investasi.”
4. Laporan
Perubahan Ekuitas
Menurut
Rivai, Veithzal dan Idroes (2007:619) mengemukakan bahwa: “Laporan
perubahan ekuitas merupakan laporan yang menggambarkan perubahan saldo akun
ekuitas seperti modal disetor, tambahan modal disetor, laba yang ditahan dan
akun ekuitas lainnya.”
Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak,
jelas, dan lengkap, yang mengungkapkan kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai
eksistensi dan operasi perusahaan tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan,
akuntansi dihadapkan dengan kemungkinan bahaya penyimpangan (bias), salah
penafsiran dan ketidaktepatan. Untuk meminimkan bahaya ini, profesi akuntansi
telah berupaya untuk mengembangkan suatu barang tubuh teori ini. Setiap
akuntansi atau perusahaan harus menyesuaikan diri terhadap praktik akuntansi
dan pelaporan dari setiap perusahaan tertentu.
B.
Arti
Penting Analisis Laporan Keuangan
Arti
penting analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut :
a. Bagi
pihak manajemen: untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, kompensasi, pengembangan
karier.
b. Bagi
pemegang saham: untuk mengetahui kinerja perusahaan, pendapatan, keamanan
investasi.
c. Bagi
kreditor: untuk mengetahui kemampuan perusahaan melunasi utang beserta
bunganya.
d. Bagi
pemerintah: pajak, persetujuan untuk go public.
e. Bagi
karyawan: Penghasilan yang memadai, kualitas hidup, keamanan kerja.
C.
Macam-Macam
Analisis Laporan Keuangan
Ada
dua jenis analisa laporan keuangan :
1. Analisis
Vertikal (menghubungkan antar pos-pos dalam suatu laporan keuangan):
analisis rasio, analisis modal kerja, analisis kas, dan seterusnya.
2. Analisis
Horizontal (menghubungkan pos-pos antar laporan keuangan): analisis perbandingan
(baik antar tahun).
D.
Manfaat
Analisis Laporan Keuangan
-
Dapat memberikan informasi yang lebih
luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
-
Dapat menggali informasi yang tidak
tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang
berada di balik laporan keuangan (implicit).
-
Dapat mengetahui kesalahan yang
terkandung dalam laporan keuangan.
-
Dapat membongkar hal-hal yang bersifat
tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan
dengan komponen intern maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari
luar perusahaan.
-
Dapat mengetahui sifat-sifat hubungan
yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di
lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan.
-
Dapat memberikan informasi yang
diinginkan oleh para pengambil keputusan.
-
Dapat menentukan peringkat (rating)
perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
E.
Tujuan
Laporan Keuangan
Menurut
Ikatan Akuntan Indonesia (2009:3), tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan menurut Fahmi
(2011:28), tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi
keuangan yang mencakup perubahan dari unsur-unsur laporan keuangan yang
ditujukan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam menilai kinerja
keuangan terhadap perusahaan di samping pihak manajemen perusahaan. Para
pemakai laporan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan
menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.
Informasi mengenai dampak keuangan yang timbul tadi sangat berguna bagi pemakai
untuk meramalkan, membandingkan dan menilai keuangan. Seandainya nilai
uang tidak stabil, maka hal ini akan dijelaskan dalam laporan keuangan. Laporan
keuangan akan lebih bermanfaat apabila yang dilaporkan tidak saja aspek-aspek
kuantitatif, tetapi mencakup penjelasan-penjelasan lainnya yang dirasakan
perlu. Dan informasi ini harus faktual dan dapat diukur secara objektif.
Beberapa tujuan laporan keuangan dari
berbagai sumber di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Informasi
posisi laporan keuangan yang dihasilkan dari kinerja dan aset perusahaan sangat
dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan, sebagai bahan evaluasi dan
perbandingan untuk melihat dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis
yang diambilnya.
b. Informasi
keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai dan meramalkan apakah
perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan datang sehingga akan
menghasilkan keuntungan yang sama atau lebih menguntungkan.
c. Informasi
perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas
investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Selain
untuk menilai kemampuan perusahaan,laporan keuangan juga bertujuan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.
F.
Keterbatasan
Laporan Keuangan
-
Laporan keuangan yang dibuat secara
periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat
antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang
final.
-
Laporan keuangan menunjukkan angka dalam
rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dengan
standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah.
-
Laporan keuangan disusun berdasarkan
hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal
yang lalu dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut menurun,
dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan
yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit
yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga
jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan harga-harga.
-
Laporan keuangan tidak dapat
mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan
keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan
suatu uang.
G.
Ratio
Keuangan
Salah
satu alat analisis laporan keuangan adalah dengan menggunakan analisis Ratio
Financial Statement untuk mengetahui prestasi keuangan perusahaan dari tahun
ketahun dan hasil analisis tersebut dapat digunakan untuk menilai kinerja
perusahaan.
1. Ratio
Likuiditas adalah ratio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan saat ditagih.
2. Ratio
Solvabilitas yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya
dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Ratio ini
dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh
hutang ratio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi
pinjaman (bank).
3. Ratio
Provitabiltas / Rentablitas yaitu ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba/keuntungan suatu perusahaan untuk mewujudkan
perbandingan antara laba dengan aktiva/modal yang menghasilkan laba
tersebut.
4. Ratio
Aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan
sumber daya yang dimiliki.
Berikut
adalah laporan keuangan PT.Indocement Tunggal Prakarsa.tbk tahun 2011, 2012,
dan 2013 beserta analisis dan perhitungan 4 Ratio diatas!
Per
Desember Tahun 2011 (Disajikan dalam jutaan rupiah)
1. Ratio
Likuiditas
Current
Ratio = Total Aktiva Lancar / Total
Hutang Lancar
Current
Ratio = Rp 10314573 / Rp 1476597
= Rp 6,99
Analisis
: Setiap Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 6,99 harta lancar atau perbandingannya
antara aktiva lancer dengan hutang lancer adalah 6,99 : 1.
Quick
Ratio = (Total Aktiva Lancar -
Persediaan) / Total Hutang Lancar
Quick
Ratio = (Rp 10314573 – Rp
1327720) / Rp 1476597
= Rp 8986853 / Rp 1476597
= Rp 6,09
Analisis
: Rata-rata industri tingkat liquidnya / quick ratio adalah 0,5 kali sedangkan
PT.Indocement Tunggal Prakarsa.tbk 6,09 maka keadaannya sangat baik karena
perusahaan dapat membayar hutang walaupun sudah dikurangi persediaan.
2. Ratio
Solvabilitas
Total
Debt to Equity Ratio = (Total
Hutang / Ekuitas pemegang saham) X 100%
Total
Debt to Equity Ratio = (Rp
2417380 / Rp 15733951) X 100%
= 0,15 = 15%
Analisis
: Merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan
dan menujukan kemampuan modal sendiri , perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibannya. Perusahaan dibiayai 15% untuk tahun 2011.
To
Debt to Asset Ratio = (Total Hutang /
Total Aktiva) X 100%
To
Debt to Asset Ratio = (Rp 2417380 / Rp
18151331) X 100%
= 0,13 = 13%
Analisis
: Pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang untuk tahun 2011 artinya bahwa
setiap Rp 100,- pendanaan perusahaan Rp 13,- dibiayai dengan hutang dan Rp
87,- disediakan oleh pemegang saham.
3. Ratio
Provitabilitas / Rentabilitas
Gross
Provit Marginal = (Laba Kotor /
Penjualan Bersih) X 100%
Gross
Provit Marginal = Rp 6414223 / Rp
13887892
= 0,46 = 46%
Analisis
: Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan bersih
adalah sebesar 46%.
Net
Profit Marginal = (Laba Setelah
Pajak / Total Aktiva) X 100%
Net
Profit Marginal = Rp 3601516 /
18151331
= 0,20 = 20%
Analisis
: Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan bersih
adalah sebesar 20%.
Operating
Profit Margin = (Laba Usaha / Penjualan
Bersih) X 100%
Operating
Profit Margin = Rp 4418023 / Rp 13887892
= 0,32 = 32%
Analisis
: Operating ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga ratio ini
rendah menunjukan keadaan yang baik karena setiap rupiah penjualan yang
terserap dengan biaya juga rendah dan tersedia untuk laba yang besar.
Return
of Equity = (Laba bersih setelah pajak /
Total modal pemegang saham) X 100%
Return
of Equity = Rp 3601516 / Rp 15733951
= 0,23 = 23%
Analisis
: Pengembalian atas modal perusahaan sebesar 23%
4. Ratio
Aktivitas
Inventory
Turnover = HPP / Persediaan
Inventory
Turnover = Rp 60079 / Rp 1327720
= 0,045
Analisis
: Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam
dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tertentu. Pada perusahaan ini
Inventory Turnovernya sebesar 0,045.
Total
Asset Turnover = Penjualan Bersih /
Total Aktiva
Total
Asset Turnover = Rp 13887892/
Rp 18151331
= 0,76
Analisis
: Total Asset Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam
dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode. Pada perusahaan ini
Total Asset Turnovernya sebesar 0,76.
Receivable
Turnover = Penjualan Bersih /
Piutang
Receivable
Turnover = Rp 13887892 / Rp
1942259
=7,15
Analisis
: Receivable Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mengelola dana yang tertanam dalam piutang yang berputar pada suatu periode
tertenutu. Pada perusahaan ini Receivable Turnovernya sebesar 7,15.
Working
Capital Turnover = Penjualan
bersih / (Total aktiva lancar – Total Hutang Lancar)
Working
Capital Turnover = Rp 13887892
/ (Rp 10314573 - Rp 1476597)
= Rp 13887892 / Rp 8837976
= 1,58
Analisis
: Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja yang
berputar pada satu periode siklus kas yang terdapat pada perusahaan. Pada
perusahaan ini Working Capital Turnovernya sebesar 1,58.
Per
Desember Tahun 2012 (Disajikan dalam jutaan rupiah)
1. Ratio
Likuiditas
Current
Ratio = Total Aktiva Lancar / Total
Hutang Lancar
Current
Ratio = Rp 14579400 / Rp 2418762
= Rp 6,03
Analisis
: Setiap Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 6,03 harta lancar atau perbandingannya
antara aktiva lancer dengan hutang lancer adalah 6,03 : 1.
Quick
Ratio = (Total Aktiva Lancar -
Persediaan) / Total Hutang Lancar
Quick
Ratio = (Rp 14579400 – Rp
1470305) / Rp 2418762
= Rp 13109095 / Rp 2418762
= Rp 5,42
Analisis
: Rata-rata industri tingkat liquidnya / quick ratio adalah 0,5 kali sedangkan
PT.Indocement Tunggal Prakarsa.tbk 5,42 maka keadaannya sangat baik karena
perusahaan dapat membayar hutang walaupun sudah dikurangi persediaan.
2. Ratio
Solvabilitas
Total
Debt to Equity Ratio = (Total
Hutang / Ekuitas pemegang saham) X 100%
Total
Debt to Equity Ratio = (Rp
3336422 / Rp 19418738) X 100%
= 0,17 = 17%
Analisis
: Merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan
dan menujukan kemampuan modal sendiri , perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibannya. Perusahaan dibiayai 17% untuk tahun 2012.
To
Debt to Asset Ratio = (Total Hutang /
Total Aktiva) X 100%
To
Debt to Asset Ratio = (Rp 3336422 / Rp
22755160) X 100%
= 0,14 = 14%
Analisis
: Pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang untuk tahun 2012 artinya bahwa
setiap Rp 100,- pendanaan perusahaan Rp 14,- dibiayai dengan hutang dan Rp 86,-
disediakan oleh pemegang saham.
3. Ratio
Provitabilitas / Rentabilitas
Gross
Provit Marginal = (Laba Kotor /
Penjualan Bersih) X 100%
Gross
Provit Marginal = Rp 8269999 / Rp
17290337
= 0,48 = 48%
Analisis
: Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan bersih
adalah sebesar 48%.
Net
Profit Marginal = (Laba Setelah
Pajak / Total Aktiva) X 100%
Net
Profit Marginal = Rp 4763388 /
Rp 22755160
= 0,20 = 20%
Analisis
: Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan bersih
adalah sebesar 20%.
Operating
Profit Margin = (Laba Usaha / Penjualan
Bersih) X 100%
Operating
Profit Margin = Rp 5876742 / Rp 17290337
= 0,34 = 34%
Analisis
: Operating ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga ratio ini
rendah menunjukan keadaan yang baik karena setiap rupiah penjualan yang
terserap dengan biaya juga rendah dan tersedia untuk laba yang besar.
Return
of Equity = (Laba bersih setelah pajak /
Total modal pemegang saham) X 100%
Return
of Equity = Rp 4763388 / Rp 19418738
= 0,24 = 24%
Analisis
: Pengembalian atas modal perusahaan sebesar 24%
4. Ratio
Aktivitas
Inventory
Turnover = HPP / Persediaan
Inventory
Turnover = Rp 100506 / Rp
1470305
= 0,069
Analisis
= Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam
dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tertentu. Pada perusahaan ini
Inventory Turnovernya sebesar 0,069.
Total
Asset Turnover = Penjualan Bersih /
Total Aktiva
Total
Asset Turnover = Rp 17290337 / Rp
22755160
= 0,76
Analisis
: Total Asset Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam
dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode. Pada perusahaan ini
Total Asset Turnovernya sebesar 0,76.
Receivable
Turnover = Penjualan Bersih /
Piutang
Receivable
Turnover = Rp
17290337 / Rp 2456113
=7,04
Analisis
: Receivable Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mengelola dana yang tertanam dalam piutang yang berputar pada suatu periode
tertenutu. Pada perusahaan ini Receivable Turnovernya sebesar 7,04.
Working
Capital Turnover = Penjualan
bersih / (Total aktiva lancar – Total Hutang Lancar)
Working
Capital Turnover = Rp 17290337
/ (Rp 14579400 - Rp 2418762)
= Rp 17290337 / Rp 12160638
= 1,42
Analisis
: Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja yang
berputar pada satu periode siklus kas yang terdapat pada perusahaan. Pada
perusahaan ini Working Capital Turnovernya sebesar 1,42.
Per Desember Tahun 2013 (Disajikan dalam jutaan rupiah)
1. Ratio
Likuiditas
Current
Ratio = Total Aktiva Lancar / Total
Hutang Lancar
Current
Ratio = Rp 16846248 / Rp 2740089
= Rp 6,15
Analisis
: Setiap Rp.1 hutang lancar dijamin oleh 6,15 harta lancar atau perbandingannya
antara aktiva lancer dengan hutang lancer adalah 6,15 : 1.
Quick
Ratio = (Total Aktiva Lancar -
Persediaan) / Total Hutang Lancar
Quick
Ratio = (Rp 16846248 – Rp
1473645) / Rp 2740089
= Rp 15372603 / Rp 2740089
= Rp 5,61
Analisis
: Rata-rata industri tingkat liquidnya / quick ratio adalah 0,5 kali sedangkan
PT.Indocement Tunggal Prakarsa.tbk 5,61 maka keadaannya sangat baik karena
perusahaan dapat membayar hutang walaupun sudah dikurangi persediaan.
2. Ratio
Solvabilitas
Total
Debt to Equity Ratio = (Total
Hutang / Ekuitas pemegang saham) X 100%
Total
Debt to Equity Ratio = (Rp
3629554 / Rp 22977687) X 100%
= 0,16 = 16%
Analisis
: Merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan
dan menujukan kemampuan modal sendiri , perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Perusahaan dibiayai 16% untuk tahun 2013.
To
Debt to Asset Ratio = (Total Hutang /
Total Aktiva) X 100%
To
Debt to Asset Ratio = (Rp 3629554 / Rp
26607241) X 100%
= 0,14 = 14%
Analisis
: Pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang untuk tahun 2013 artinya bahwa
setiap Rp 100,- pendanaan perusahaan Rp 14,- dibiayai dengan hutang dan Rp 86,-
disediakan oleh pemegang saham.
3. Ratio
Provitabilitas / Rentabilitas
Gross
Provit Marginal = (Laba Kotor /
Penjualan Bersih) X 100%
Gross
Provit Marginal = Rp 8654654 / Rp
18691286
= 0,47 = 47%
Analisis
: Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan bersih
adalah sebesar 47%.
Net
Profit Marginal = (Laba Setelah
Pajak / Total Aktiva) X 100%
Net
Profit Marginal = Rp 5012294 /
Rp 26607241
= 0,19 = 19%
Analisis
: Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan bersih
adalah sebesar 19%.
Operating
Profit Margin = (Laba Usaha / Penjualan
Bersih) X 100%
Operating
Profit Margin = Rp 6064100 / Rp 18691286
= 0,32 = 32%
Analisis
: Operating ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga ratio ini
rendah menunjukan keadaan yang baik karena setiap rupiah penjualan yang
terserap dengan biaya juga rendah dan tersedia untuk laba yang besar.
Return
of Equity = (Laba bersih setelah pajak /
Total modal pemegang saham) X 100%
Return
of Equity = Rp 5012294 / Rp 22977687
= 0,22 = 22%
Analisis
: Pengembalian atas modal perusahaan sebesar 22%
4. Ratio
Aktivitas
Inventory
Turnover = HPP / Persediaan
Inventory
Turnover = Rp 136248 / Rp
1473645
= 0,092
Analisis
: Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam
dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tertentu. Pada perusahaan ini
Inventory Turnovernya sebesar 0,092.
Total
Asset Turnover = Penjualan Bersih /
Total Aktiva
Total
Asset Turnover = Rp 18691286 / Rp
26607241
= 0,702
Analisis
: Total Asset Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam
dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode. Pada perusahaan ini
Total Asset Turnovernya sebesar 0,702.
Receivable
Turnover = Penjualan Bersih /
Piutang
Receivable
Turnover = Rp 18691286 / 2519117
= 7,42
Analisis
: Receivable Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mengelola dana yang tertanam dalam piutang yang berputar pada suatu periode
tertenutu. Pada perusahaan ini Receivable Turnovernya sebesar 7,42.
Working
Capital Turnover = Penjualan
bersih / (Total aktiva lancar – Total Hutang Lancar)
Working
Capital Turnover = Rp 18691286
/ (Rp 16846248 - Rp 2740089)
= Rp 18691286 / Rp 14106159
= 1,32
Analisis
: Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja yang
berputar pada satu periode siklus kas yang terdapat pada perusahaan. Pada
perusahaan ini Working Capital Turnovernya sebesar 1,32.
H.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Laporan Keuangan
a. Struktur
Permodalan
b. Aspek
Pemasaran
c. Ekuitas
d. Pendapatan,
Beban, Laba/Rugi, Pendapatan Komperhesif lain dan Total Laba/Rugi Komperhesif
e. Arus
Kas
f. Kemampuan
Membayar Hutang
g. Tinjauan
Operasional
h. Analisis
Kinerja
DAFTAR PUSTAKA