LEMAHNYA
SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA YANG BERDAMPAK PADA TINGGINYA ANGKA
PENGGANGGURAN
I.
Abstrak
Kurangnya perhatian
masyarakat tentang pentingnya pendidikan merupakan salah satu penyebab
banyaknya pengangguran yang ada di Indonesia. Dan juga tidak meratanya
pendidikan bukan lagi hal yang aneh atau hal yang baru dalam permasalahan yang
terjadi di Indonesia. Contohnya saja seperti yang berada di daerah-daerah
terpencil. Mereka harus berusaha untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Faktor-faktor yang tidak memungkinkan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang
baik pun menjadi halangan bagi mereka.
Krisis ekonomi pun bukanlah alasan
yang menyebabkan munculnya masalah pengangguran di Indonesia. Ada masalah lain di berbagai sektor yang turut menyumbang
andil dalam terciptanya masalah pengangguran di Indonesia. Dan peran pemerintah
merupakan salah satu faktor untuk mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
Ketidakmerataan dan
juga segala hal tentang pendidikan di Indonesia harus diperhatikan lagi oleh pemerintah.
Agar tidak terulang kembali sehingga sistem pendidikan di Indonesia semakin
membaik dan tidak seperti sistem pendidikan yang sudah ada sebelumnya, da juga
pendidikan di Indonesia tidak lagi dipandang buruk oleh negara lain di dunia.
Dan semua generasi dapat merasakan pendidikan yang baik tanpa memandang status.
II.
Pendahuluan
Masalah kependudukan
yang serius dihadapi oleh negara berkembang pada umumnya, antara lain berkisar
pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas, dan lapangan
pekerjaan. Masalah-masalah bangsa Indonesia pun semakin kompleks ditambah
tingginya jumlah pengangguran, khususnya pengangguran terdidik yang menurut
data BPS mencapai 1,1 juta orang pada tahun 2009. Disisi lain di luar sana
tantangan untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit. Dimana perguruan tinggi
yang meluluskan mahasiswa secara besar-besaran diikuti meledaknta tenaga kerja
yang produktif, maka persaingan semakin tajam, yang disisi lain daya tampung
lapangan pekerjaan di Indonesia terbatas jika dibandingkan dengan SDM yang ada.
Kekurangtersediaan
lapangan pekerjaan akan berimbas pada kemapanan sosial dan ekstensi pendidikan
dalam perspektif masyarakat. Pada masyarakat yang tengah berkembang, pendidikan
diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan
kesempatan kerja yang ada. Tingginya angka pengangguran semakin menambah
tingkat kemiskinan dan merosotnya kesejahteraan masyarakat Indonesia. BPS
mencatat selama tiga tahun terakhir, jumlah penduduk miskin terus bertambah secara
konsisten. Sungguh sempurna permasalahan sosial di negeri tercinta ini. Dan
hingga kini, belum banyak campur tangan pemerintah dalam upaya penyelesaian
berbagai permasalahan tersebut.
Lapangan pekerjaan merupakan indikator
penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator
keberhasilan penyelenggaraan "pendidikan". Maka merembaknya isu
pengangguran terdidik menjadi sinyal yang cukup mengganggu bagi perencana
pendidikan di negara-negara berkembang pada umumnya, khususnya juga di Indonesia.
Apabila diruntut,
sebenarnya akar dari semua permasalahan sosial yang berada di Indonesia adalah
sistem pendidikan yang diterapkan. Mengapa demikian?, hal ini terjadi karena
pondasi utama sebuah bangsa tergantung pada tingkat efektivitas dan efisiensi
pendidikannya. Ketika sebuah bangunan memiliki pondasi yang dirasa kurang
kokoh, maka berbagai permasalahan pun senantiasa menghampiri, dan bisa jadi
bangunan tersebut akan roboh, bahkan hancur. Begitu juga dengan sistem
pendidikan, apabila sebuah sistem yang berperan sebagi pengatur dan pengelola
pendidikan itu rapuh, maka akan berdampak buruk pada output yang dihasilkan,
yakni peserta didik.
III.
Landasan
Teori
Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang memiliki kualitas daya saing sumber daya manusia yang sangat
rendah. Hal ini terbukti dari data Badan PBB yang menangani masalah pendidikan
(United Nation
Development Program) bahwa
pada tahun 2007, Indonesia menduduki posisi ke 107 berdasarkan daya saing
kualitas sumber daya manusianya. Data ini dapat menjadi suatu evaluasi khusus
bagi pendidikan di Indonesia agar dapat dibenahi sebagaimana mestinya.
Melihat data di atas, dapat ditarik
sebuah pernyataan bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih lemah. Lemahnya
sistem pendidikan Indonesia ditunjukkan dengan kondisi nyata pendidikan saat
ini, yakni masih diterapkannya sebuah sistem yang menghasilkan lulusan-lulusan siap
bekerja tanpa dibekali oleh softskill lain
seperti kemampuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan serta moral kepribadian
yang baik. Kurikulum yang diterapkan pun masih berkisar pengembangan
intelektual tanpa spiritual dan moral, serta terpaku pada textbook tanpa
berorientasi pada praktek.
Sebenarnya, pendidikan merupakan
sebuah dasar yang sangat penting bagi sebuah peradaban manusia, selain itu
pendidikan memiliki peranan yang sangat besar dan sangat berpengaruh bagi
kelangsungan hidup suatu bangsa. Sebagaimana diungkapkan Tilaar dalam bukunya Pendidikan, Kebudayaan,
dan Masyarakat Madani Indonesia, disebutkan bahwa
hakikat pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam
masyarakat. Peran strategis yang dimaksud di sini adalah peran pendidikan
sebagai tonggak keilmuan yang akan memetakan langkah suatu bangsa, atau dengan
kata lain akan dibawa kemanakah nasib suatu bangsa itu.
Kini peran sekolah di Indonesia pun
berubah menjadi “pabrik pendidikan”. Pendidikan nilai dan norma diserahkan
orang tua kepada sekolah. Padahal kita mengetahui
faktanya bahwa sekolah lebih cenderung mengajar daripada mendidik. Pendidikan
di Indonesia akan membawa anak bangsa menjadi generasi pasif ketika pendidikan tak dibarengi
dengan internalisasi nilai, moral, dan spiritual sejak dini secara aplikatif.
Kesadaran moral pun tidak akan pernah tumbuh jika aspek spiritual peserta didik
hanya berdasar kognitif belaka, bukan alih praktis.
Mengutip pernyataan Ketua DPR RI
Marzuki Alie dari Inilah.com (2012) bahwa Marzuki menyebutkan, pendidikan yang
berbasis pada pengembangan intelektual tanpa nilai spiritual dan sosial
merupakan metode pendidikan yang perlu dikoreksi. Karena intelektual tinggi
tanpa diimbangi nilai spiritual dan sosial tidak akan menghasilkan kecerdasan
yang utuh.
Begitulah pendidikan, sangat kompleks
dalam keberjalanannya, sehingga diperlukan keseimbangan aspek intelektual,
moral dan spiritual agar lahir para generasi muda pilihan bangsa yang
berkualitas, cerdas lahir batin, dan berbudi pekerti luhur, sehingga dapat
memegang tongkat estafet kepemimpinan Indonesia, menuju Indonesia mandiri dan
bermartabat.
IV.
Pembahasan
A. Pengertian
Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk
dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan
belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti
ibu rumah tangga, siswa sekolah SMP,
SMA, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu belum
membutuhkan pekerjaan.
B.
Jenis & Macam
Pengangguran
1.
Pengangguran Struktural /
Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang disebabkan adanya penambahan struktur
ekonomi, misal dari negara agraris ke industri.
2.
Pengangguran Volumtari
/ Volumetary Unemployment
Pengangguran volumtari
adalah pengangguran karena ia secara sukarela tidak mau bekerja.
3.
Pengangguran Friksional /
Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah
pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya ketidakcocokan antara lowongan pekerjaan dengan keahlian
yang dimiliki.
4.
Pengangguran Musiman /
Seasonal Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan
menganggur karena menunggu musim, misal
dari musim tanam ke musim panen.
5.
Pengangguran Teknologi
Pengangguran teknologi
adalah pengangguran yang disebabkan karena adanya tenaga orang dengan mesin.
6.
Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah
pengangguran akibat adanya perubahan-perubahan
dalam tingkat kegiatan perekonomian.
Pengangguran juga dapat dibedakan atas
pengangguran sukarela (voluntary unemployment) dan dukalara (involuntary unemployment).
Pengangguran sukarela adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu
karna ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran dukalara
adalah pengangguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan
namun belum berhasil mendapatkan kerja.
C.
Masalah pengangguran
di Negara Indonesia
Tingginya angka pengangguran, masalah
ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai
permasalahan lainnya di negara kita menjadi salah satu faktor utama rendahnya
taraf hidup para penduduk di negara kita. Namun yang menjadi manifestasi utama
sekaligus faktor penyebab, rendahnya taraf hidup di negara - negara berkembang
adalah terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk sumber daya manusia. Jika dibandingkan
dengan negara - negara maju.
Pemanfaatan sumber daya yang dilakukan
oleh negara - negara berkembang relatif lebih rendah dari pada yang dilakukan
di negara - negara maju karena buruknya efisiensi dan efektivitas dari
penggunaan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Dua
penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan sumber daya manusia adalah karena
tingkat pengangguran penuh dan tingkat pengangguran terselubung yang terlalu
tinggi dan terus melonjak.
Pengangguran penuh atau terbuka yakni
terdiri dari orang-orang yang
sebenarnya mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak mendapatkan lapangan
pekerjaan sama sekali. Berdasarkan data dari Depnaker pada tahun 1997 jumlah
pengangguran terbuka saja sudah mencapai sekitar 10%.
sebenarnya mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak mendapatkan lapangan
pekerjaan sama sekali. Berdasarkan data dari Depnaker pada tahun 1997 jumlah
pengangguran terbuka saja sudah mencapai sekitar 10%.
D.
Tingkat Pengangguran
1.
Tingkat Pengangguran
Menurut Umur
Tingkat pengangguran yang dimaksud
disini adalah tingkat pengangguran terbuka atau open unemployment rate.
Ukuran ini merupakan salah satu tolak ukur ketenagakerjaan yang banyak
digunakan untuk melihat sampai seberapa jauh penawaran tenaga keja, serta
bagaimana permintaan akan kesempatan kerja. Diperoleh dengan cara menghitung
jumlah absolut angkatan kerja yang menganggur, baik mereka yang baru lulus
sekolah dan pertama kali mencari pekerjaan, maupun yang sudah pernah bekerja
tetapi sedang mencari kembali pekerjaan, dibagi dengan total angkatan kerja
dikalikan seratus. Jika tingkat pengangguran 10 persen, berarti ada 10 orang
penganggur dari setiap 100 orang angkatan kerja. Memperlihatkan pola tingkat
pengangguran yang sangat umum, yaitu memiliki persentase yang tinggi pada
kelompok umur muda (15-19 tahun), kemudian menurun tajam hingga usia 30-34
tahun. Pada umur-umur tua, relatif stabil rendah, untuk kemudian meningkat lagi
pada kelompok usia non produktif, karena mungkin masih banyak yang pensiun tapi
masih mencari pekerjaan.
2.
Tingkat Pengangguran
Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pengangguran menurut tingkat pendidikan
yang ditamatkan lebih menarik untuk di bahas. Pada umumnya tingkat pengangguran
di pedesaan lebih rendah dari perkotaan, namun pada tingkat SLTP angkanya
sedikit lebih tinggi di pedesaan, dan pada klasifikasi SLTA angkanya hampir sama. Kemungkinan penyebab ini adalah banyaknya lulusan SLTP yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke SLTA, tetapi langsung mencari kerja.
sedikit lebih tinggi di pedesaan, dan pada klasifikasi SLTA angkanya hampir sama. Kemungkinan penyebab ini adalah banyaknya lulusan SLTP yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke SLTA, tetapi langsung mencari kerja.
Baik di daerah pedesaan maupun di
perkotaan, tingkat pengangguran yang paling tinggi adalah pada jenjang SLTA.
Kondisi ini belum banyak berubah sejak beberapa decade terakhir Hal ini dapat
dibuktikan dengan mengkaji ulang.
Beberapa tulisan yang membahas
mengenai pengangguran seperti Effendi (1993) yang memakai data SUPAS 1985,
pembahasan yang berasal dari data sensus penduduk 1990 serta Sakernas 1996 oleh
Tjiptoherijanto dan Soemitro (1998), serta analisis Setiawan (2002) terhadap
angkatan kerja dan pengangguran, yang didasarkan pada data ketenagakerjaan
hasil Sakernas 2001.
E. Dampak
Pengangguran
a.
Terhadap Perekonomian
Negara
1)
Pengangguran dapat
mengakibatkan masyarakat tidak dapat mencapai tingkat kemakmuran secara
maksimum. Hal ini terjadi karena pengangguran menyebabkan pendapatan riil
masyarakat akan lebih rendah dari pendapatan nasional, sehingga kemakmuran yang
dicapai masyarakat akan lebih rendah.
2)
Pengangguran akan
mengakibatkan pendapatan nasional dari sektor pajak berkurang.
3)
Pengangguran tidak menggalakkan
pertumbuhan ekonomi
b.
Terhadap Individu
1)
Pengangguran dapat
mnghilangkan mata pencaharian dan pendapatan.
2)
Pengangguran dapat menghilangkan
keterampilan.
3)
Pengangguran dapat
mengakibatkan masalah sosial dan politik.
F.
Data Pengangguran
Di Negara Indonesia
Jumlah Pengangguran di Negara
Indonesia hingga tahun 2005 mencapai 11,15 juta jiwa dari total
jumlah penduduk yang mencapai 223 juta jiwa. Jumlah ini menjadikan Negara
Indonesia pada saat itu menempati peringkat ke seratus tiga puluh tiga dunia
dalam hal pengangguran.
Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Sosial Kota Malang,Wahyu Santoso jumlah pengangguran ini tak sebanding
dengan jumlah lowongan yang tersedia selama tahun 2005.
Data di Dinas menyebutkan
dari 28,467 ribu ( dua puluh delapan juta empat ratus enam puluh tujuh
ribu ) pengangguran, tercatat pengangguran berpendidikan sarjana
mencapai 504 ribu ( lima ratus empat ribu ) penganggur, pengangguran
berpendidikan SMA sebanyak 2,703 ribu ( dua juta tujuh ratus tiga ribu )
, dan berpendidikan SMP sebanyak 4,761 ribu ( empat juta tujuh ratus enam
puluh satu ribu )."Selebihnya lulusan SD dan tak berijazah. Para sarjana
menganggur karena tidak memiliki bekal kemampuan tambahan misalnya bahasa
asing, membuat, dan kerajinan. Padahal kemampuan tambahan itu merupakan nilai
plus bagi para pencari kerja. "Seharusnya saat kuliah mereka mencari
kemampuan tambahan," katanya.
Untuk memperkecil jumlah pengangguran,
Disnakersos menggelar berbagai kegiatan, seperti bursa kerja. Selain itu juga
terus menjalin kerja sama dengan perusahaan di luar Negeri untuk bisa
merekrut Warga Negara Indonesia sebagai tenaga kerja TKI keluar
negeri. Wahyu berharap hingga akhir tahun 2009 jumlah PHK di Negara
Indonesia tidak terus bertambah.
Menurut umur, angka pengangguran di
Indonesia sudah mencapai 11 juta (usia 15 tahun keatas) dan 8.5 juta-nya
penduduk usia 15-29 tahun. Seperti pada Histogram 1 di atas, menunjukan
angka pengangguran terbuka (%) menurut umur (15 tahun ke atas, 15-29 tahun
dan 30-49 tahun). Terlihat jelas bahwa pengangguran terbuka banyak terjadi
di usia remaja 15 sampai 29 tahun (23%). Di usia tersebut banyak
sekali lulusan sekolah yang ingin mendapatkan pekerjaan, dari yang baru
lulus SMP, SMU maupun perguruan tinggi termasuk yang tidak sekolah. Sangat
masuk akal jika hal ini terjadi. Sedangkan untuk usia 30-49 tahun, jumlah
penganggurannya tidak terlalu tinggi (hanya4%). Angkapengangguran terbuka
penduduk usia lebih dari 15 tahun ke atas sekitar10.4%.Jika kita lihat,
ternyata kaum perempuan-lah yang banyak sebagai penganggurterbuka,
sekitar27.6% (usia 15-29 th) atau13.7% (usia di atas 15 tahun).
Hal-halyang menyebabkan fenomena ini antara lain masih adanya diskriminasi
gender,jenis pekerjaan yang tersedia kebanyakan untuk laki-laki. Hal-hal
tersebut masih perlu dianalisa lebih lanjut.
G.
Cara-cara Mengatasi
Pengangguran
1.
Pengangguran
Struktural
a.
Pengangguran mobilitas
modal dan tenaga kerja.
b.
Pertumbuhan tenaga
kerja dari sektor yang berlebihan dan sektor yang kekurangan.
c.
Mengadakan pelatihan
tenaga kerja.
d.
Mendirikan industri
padat karya.
2.
Pengangguran Siklus
Mengarahkan
dan meningkatkan daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa.
H.
Cara-cara Lain
1.
Perluasan tenaga kerja
dengan cara mendirikan industri-industri baru terutama industri padat karya.
2.
Deregulasi dan
debirokratisasi dibidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru.
3.
Pembukaan proyek umum
oleh pemerintah.
4.
Menggalakkan
pembangunan sektor informal.
5.
Menggalakkan program
transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja dan sektor agraris dan sektor informal
lainya.
6.
Menggalakkan
pelakasaan keluarga berencana.
7.
Mendirikan pusat-pusat
(balai-balai) latihan kerja.
I.
Kondisi ketenagakerjaan
yang memprihatinkan
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia
sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Hal itu ditandai
dengan adanya jumlah pengangguran yang besar, pendapatan
yang relatif rendah dan kurang merata. Sebaliknya pengangguran dan setengah
pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan - pemborosan sumber daya dan
potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama
kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal, dan
dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang. Kondisi pengangguran dan
setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya dan potensi
yang ada, menjadi beban keluarga
dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan
sosial dan kriminal dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
J.
Perekonomian dan kualitas
SDM yang rendah
Hingga saat ini,
masalah pengangguran di Indonesia sepertinya tidak pernah terselesaikan secara
tuntas. Kondisinya diperparah dengan persoalan ekonomi yang juga tidak
kunjung selesai setelah terpuruk di akhir abad dua puluh yang lalu. Permasalahan lain, berkaitan
dengan kualitas sumber daya manausia dari para penganggur sendiri, misalnya
dari aspek tingkat pendidikan yang masih belum begitu bagus. Jika penganggur berkualifikasi pendidikan
tinggi, sering dihadang oleh kesempatan kerja yang sangat terbatas. Bukan rahasia lagi, banyak mereka yang
bekerja pada posisi yang sebetulnya bisa diisi oleh mereka yang berpendidikan rendah atau menengah. Keadaan seperti ini
memunculkan fenomena mismatch, yaitu angkatan kerja yang bekerja pada posisi
yang tidak sesuai dengan pendidikannya.
Selain karena sulitnya lapangan pekerjaan, persoalan pengangguran dihadapkan pula pada bermunculannya para penganggur baru, yaitu orang-orang yang baru lulus mengikuti pendidikan, kemudian meramaikan pasar kerja. Dalam kondisi penganggur lama, yaitu mereka yang pernah bekerja tetapi masih mencari pekerjaan belum tertangani, maka kedatangan penganggur baru di pasar kerja turut menambah rumitnya persoalan ketenagakerjaan di Indonesia.
Selain karena sulitnya lapangan pekerjaan, persoalan pengangguran dihadapkan pula pada bermunculannya para penganggur baru, yaitu orang-orang yang baru lulus mengikuti pendidikan, kemudian meramaikan pasar kerja. Dalam kondisi penganggur lama, yaitu mereka yang pernah bekerja tetapi masih mencari pekerjaan belum tertangani, maka kedatangan penganggur baru di pasar kerja turut menambah rumitnya persoalan ketenagakerjaan di Indonesia.
K.
Kurangnya perhatian masyarakat terhadap
masalah kependudukan
Selama ini, masalah kependudukan boleh
dikatakan masih kurang mendapat perhatian dari masyarakat maupun tokoh-tokoh
masyarakat. Baik itu dari para politisi, tokoh agama, pakar ekonomi maupun
tokoh masyarakat lainnya. Memang pada saat ini sebagian besar orang pada
umumnya sudah tidak berkeberatan lagi dengan program untuk mengontrol
kelahiran, tetapi sayangnya masih kurang sekali kesadaran untuk melaksanakannya.
Dianggap sebagai hal yang tidak penting. Padahal, kalau kita mau menyadari,
sebenarnya masalah kependudukan ini adalah masalah yang teramat penting. Tidak
kalah pentingnya dengan berbagai macam masalah lainnya yang seringkali kita
perdebatkan dalam berbagai seminar dan diskusi. Dan sebenarnya berkaitan erat
dengan masalah ekonomi, hukum dan norma agama. Jadi, memang tidak bisa
diabaikan begitu saja. Sebenarnya,
masalah kependudukan ini sudah bisa diatasi dengan baik bila saja sejak dulu
sudah ada upaya yang sungguh-sungguh dari pihak pemerintah maupun tokoh-tokoh
masyarakat untuk mengatasi masalah ini. Sayangnya, hal itu dulu masih belum
ada. Dulu masih banyak orang yang menentang program KB. Kalaupun sudah ada yang
menyetujuinya, umumnya mereka masih enggan melaksanakannya. Pada zaman Orde
Lama, dari pihak pemerintah pun tidak ada kesadaran akan masalah ini. Pada saat
itu jumlah penduduk Indonesia masih berkisar 100 juta jiwa dan seandainya pada
saat itu sudah ada upaya yang sungguh-sungguh tentunya tidak perlu penduduk
Indonesia meledak seperti sekarang ini.
L. Kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap program KB
Pada zaman Orde Baru, masalah
kependudukan ini memang sudah mulai dibenahi. Keluarga Berencana dianjurkan di
mana-mana dan di banyak tempat mendapat sukses. Tetapi, karena masih sangat
kurangnya kesadaran dari masyarakat dan kurang intensifnya usaha dari
pemerintah, maka
di banyak tempat pula usaha ini mengalami kegagalan. Jumlah penduduk masih
terus bertambah dengan sangat pesatnya. Bila pada awal Orde Baru masih
berjumlah sekitar 100 juta jiwa, maka pada akhir Orde Baru sudah berjumlah
lebih dari 200 juta. Berlipat dua kali hanya dalam waktu 30 tahun saja. Suatu kecepatan
pertumbuhan yang sulit dicari bandingannya sepanjang sejarah umat manusia.
V.
Kesimpulan
Dari tulisan di atas dapat disimpulkan
bahwa, penyabab banyaknya pengangguran termasuk lulusan sarjana sekalipun adalah
tidak meratanya pendidikan yang diberikan pemerintah seperti di daerah-daerah
terpencil. Kemudian kondisi ketenagakerjaan yang memprihatinkan untuk
menunjang aktifitas pendidikan yang sedang berlangsung yang menyabakan tidak kondusifnya
proses pengajaran. Perekonomian dan
kualitas SDM yang rendah pun menjadi halangan bagi sistem pendidikan.
Kurangnya perhatian masyarakat terhadap masalah
kependudukan, Serta kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap program KB pun menjadi hal yang harus diperhatikan, karena sumber daya manusia yang
disiapkan harus berkualitas dan bisa mengajarkan dengan baik yang bisa menyampaikan
ajaran dengan baik dan benar sesuai tata cara yang telah ditentukan.
Pengangguran terjadi disebabkan antara
lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah
pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja.
Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari
kerja.
VI.
Daftar
Pustaka
http://www.andisite.com, 2007
http://www.datastatistik-indonesia.com, 2007
http://www.dephan.go.id, 2007
http://www.google.co.id, 2007
http://id.wikipedia.co.id, 2007
http://www.instruments.worldpress.com, 2007
http://www.suarapembaruan.com, 2007
Buku Intisari Ekonomi, Drs. Nur Jaka, Pustaka Setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar