Jumat, 10 Mei 2013

Tugas 2-Perekonomian Indonesia-Tema : 2. Persaingan Harga Produk Dalam Negeri Versus Harga Produk Luar Negeri Dilihat dari Tingginya Biaya Produksi


HARGA PRODUK DALAM NEGERI DAN HARGA PRODUK LUAR NEGERI


       I.            Abstrak
Ketika ekspor sebuah negara lebih besar daripada impornya, itu artinya negara tersebut mengalami surplus perdagangan. Surplus perdagangan ini berdampak sanagat baik terhadap perekonomian bangsa tersebut. Misalnya, Cina. Dengan kehebatan bangsa Cina membuat produk murah yang tampak begitu menarik, telah membuat negara ini bisa mengekspor barangnya ke seluruh dunia termasuk Amerika. Bahkan ada istilah ‘The China’ yang ditujukan bagi barang-barang buatan Cina.
Barang-barang buatan Cina itu mungkin saja kualitasnya masih kurang dibandingkan dengan produk serupa dari negara lain yang lebih mementingkan sebuah kualitas. Tetapi produk Cina ini memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga mereka tidak terlalu memperdulikan kualitas. Bagi mereka adalah mereka ingin memiliki barang tersebut walaupun kualitas yang jauh lebih rendah.
Murahnya barang-barang dari Cina ini telah membuat banyak negara berpikir dan menerapkan strategi perdagangan baru dengan Cina. Amerika saja kelimpungan menghadapi serbuan barang-barang dari Cina apalagi Indonesia yang  teknologinya masih kalah jauh dari Amerika. Orang Cina yang sangat kreatif dengan tenaga kerja yang murah, telah membuat bangsa Tirai Bambu itu mampu membuat barang-barang yng dibutuhkan oleh masyarakat dengan biaya produksi yang sangat murah.
Indonesia pun banyak sekali mengimpor barang dari luar negeri. Keadaan seperti inilah yang menyebabkan kebutuhan di Indonesia lebih mahal, karena pemerintah selalu menggunakan produk-produk luar negeri dibandingkan dalam negeri.
Banyak sekali dari kita yang membanggakan apa yang kita gunakan, padahal itu adalah produk luar negeri. Misalnya dari fashion, alat rumah tangga dan produk lainnya, yang penting luar negeri! Ternyata banyak produk dalam negeri yang  menjadi pemasok merk-merk mahal dan terkenal dari luar negeri. Jika pandangan kita terus dibiarkan seperti ini, produk dalam negeri kita akan menerus tidak ada dukungnan dari dalam negeri untuk mempopulerkan di luar negeri.
Ada juga produk dalam negeri mulai dibanggakan setelah produk itu bisa menembus pasar luar negeri, baru setelah itu masyarakat dalam negeri membanggakan dan mengenal hasil produk itu dari dalam negeri sendiri.

    II.            Pendahuluan
Pada era gloalisasi ini kita harus mengetahui perkembangan perekonomian Indonesia terutama pada masalah persaingan harga produksi. Baik produk dalam negeri maupun produk luar negeri.  Dengan mengetahui harga-harga pasar dalam persaingan tersebut kita bisa mengetahui kondisi ekonomi yang terjadi. Apalagi pada saat tingkat produksi tinggi. Mau tidak mau negara harus mengikuti perkembangan harga yang terjadi pada sistem perekonomian tersebut.
Pada saat itu juga, jika ada perubahan pada harga-harga akan mempengaruhi perekonomian suatu negara juga. Karena negara juga bisa memikirkan bagaimana bisa mengimbangi harga pasar Internasional dan juga dibarengi dengan bisa mensejahterakan masyarakatnya. Pemerintah juga harus memperhatikan barang-barang yang di impor. Jangan semua barang pokok harus diimpor dari luar. Pemerintah juga harus lebih memperhatikan produk dalam negeri yang tidak kalah bagus kualitasnya dibanding luar negeri.
Setidaknya pemerintah juga menyarankan agar masyarakat lebih menggunakan produk dalam negeri dibandingkan luar negeri. Sebenarnya ada beberapa faktor yang menyebabkan pemerintah harus mengimpor produk dari luar negeri. Seperti terbatasnya bahan yang diperlukan untuk membuat barang tersebut. Ada juga keterkaitan biaya dan masih banyak lagi.
Kita harus bangga dan mendukung brand dalam negeri kita. Dengan adanya dukungan dari konsumen dalam negeri, merk/brand dalam negeri dapat lebih cepat terkenal dan go internasional. Karena produk dalam negeri juga memiliki standar internasional yang membanggakan.
Semoga tulisan ini dapat sedikit menggugah rasa cinta kita akan produk Indonesia. Jangan sampai produk dalam negeri kita lebih dahulu dikenal diluar negeri barulah kita mengenalnya. Kita harus lebih mencintai produk dalam negeri kita sebelum mereka mencintai produk kita.
Indonesia harus menghadapi pergolakan ekonomi global pada tahun 2013 ini dengan optimis. Sebab dalam hal perekonomian, pemerintah Indonesia tidak hanya berorientasi pada ekspor. Kebijakan ini sangat tepat karena fakta menunjukkan bila harga produk dalam negeri memiliki peran penting dalam menjaga stabiitas pertumbuhan ekonomi nasional.

 III.            Landasan Teori
Dewasa ini kita mengetahui bahwa pasar perdagangan di negara kita dibanjiri produk luar negeri terutama produk Cina setelah Asean-China Trade Agreement (ACFTA). Seperti dalam kehidupan sehari-hari, misalnya handphone Cina telah tersebar luar di masyarakat dengan cepat karena harganya yang terjangkau oleh kalangan masyrakat Indonesia. Belum lagi produk Cina yang lain seperti alat-aat tulis, alat kebersihan, alat komunikasi lainnya bahkan sendal sekalipun.
CINA dipastikan bergabung dengan negara-negara ASEAN dalam melakukan perdagangan antar negara atau yang lebih dikenal dengan Asean Free Trade Area (AFTA). Bagi Indonesia ini berarti memperbolehkan produk-produk Cina masuk ke Indonesia tanpa ada hambatan tarif untuk menguasai pasar domestik. Cina terkenal dengan prestasinya dalam perekonomian yang stabil. Pada perdagangan internasional produk yang mampu bersaing secara global dengan perusahaan-perusahaan besar kelas dunia dan kesuksesannya menahan laju perusahaan asing di pasar lokal.
Dengan dimulainya AFTA pada 1 Januari 2010, otomatis perusahaan Cina akan mengekspor produknya ke pasar domestik Indonesia. Mereka yang mengekspor tersebut adalah perusahaan yang telah teruji dan terbukti mampu bersaing dengan perusahaan multinasional di pasar lokal negaranya dengan memanfaatkan jaringan, faktor produksi dan infrastruktur lokal yang tersedia.

 IV.            Pembahasan
Masuknya Indonesia menjadi bagian WTO (World Trade Organization) dengan segala aturan perdagangan bebasnyaterutama pembebasan biaya ekspor impor beberapa produk perdagangan sangat membantu membanjiri produk Cina di Indonesia dan akhirnya berdampak juga di Indonesia. Sebagian besar dari masyarakat Indonesia sudah sering melihat bahan buatan Cina sejak kita masih kecil. Ironis memang dari barang-barang kecil sehari-hari seperti gunting kuku dan mainan sampai mesin-mesin industri semua Made In China. Pada akhirnya pola pikir masyarakat kita terbuai dan seolah terlalu mengagumkan produk impor dan mengabaikan produk lokal.
Sektor agribisnis pertanian tak luput dari dampak tersebut, produk hortikultura segar dari Cina terutama buah-buahan sering kita lihat di  pasar, kios buah ataupun di Supermarket dengan harga murah serta packing yang menarik. Masyarakat yang pada faktanya memilih produk tersebut berimplikasi pada produk lokal yang tidak laku.
Faktor-faktor penyebab harga produk Cina lebih murah dibanding produk lokal
Pemerintah Cina membuat kebijakan Revolusioner dan Visioner di bidang pertanian seperti :
a.       Membangun Infrastruktur secara Modern
Pembangunan sarana infrastruktur seperti gedung dan sarana transportasi yang terintegrasi turut berperan dalam peningkatan produksi dan menekan harga pokok produksi.
b.      Membangun Industri Pertanian
Pembangunan industri pertanian dengan mesin-mesin industri yang sangat efisien dan efektif mendongkrak hasil pertanian.
c.       Mengurangi Jumlah Petani
Walaupun strategi ini akan tidak relawan apabila masyarakat Cina sudah sangat concern dengan lahan pertanian. Namun pemerintah Cina menyadari bahwa lahan pertanian tidak bertambah luas. Sementara populasi penduduk terus bertambah. Meningkatnya jumlah penduduk yang menjadi petani dan bekerja di ladang menyulitkan peningkatan pendapatan mereka, mengingat lahan yang akan dikelola petani semakin sempit. Karema alasan itu pemerintah Cina semakin gencar mengembangkan industri. Para petani yang bekerja di ladang perlahan-lahan ditarik dari ladang dan bekerja di pabrik-pabrik. Sebagian petani juga bekerja di industri pengolahan.
d.      Meninggalkan Cara Pertanian Konvensional
Teknologi pertanian merupakan hal yang sangat dicermati di Cina. Penggunaan benih transgenik hasil riset untuk mendongkrak produktivitas merupakan salah satu cara Cina untuk berubah.
e.       Adanya Bank Pertanian di Cina
Bank khusus pertanian di Cina telah membantu tumbuh kembangnya sektor pertanian dimana aturannya sangat bersahabat dengan para petani ataupun pengusaha seperti bunga kredit yang rendah, insentif, tax free, tax refund, dan lain-lain yang menumbuhkan iklim usaha pertanian yang sehat.
f.        Kebijakan Bank Sentral Cina untuk Mempertahankan Level Yuan
Sesuatu yang banyak pihak menilai bahwa hal ini kurang Fair adalah kebijakan Bank Sentral Cina yang menjaga level Yuan agar tidak terapresiasi dan tetap berada pada level rendah terhadap US Dollar yang berimplikasi pada harga produk Cina yang rendah.
Rantai Distribusi
Tidak seperti aturan ekspor impor antar negara yang sudah diatur secara tegas di WTO, perjanjian bilateral maupun multilateral. Diperkirakan karena panjangnya rantai birokrasi dan distribusi di negara ini membuat riskan akan datangnya pungutan liar.
Harga Bahan Pertanian yang Relatif Mahal
Harga benih, eceran pupuk kimia dan pestisida yang mahal ditambah dengan ketergantungan petani terhadap pupuk kimia turut mendongkrak harga pokok produksi produk Agribisnis.

    V.            Kesimpulan
Masyarakat Indonesia masih belum bisa lepas dari produk luar negeri, terlebih produk Cina. Karena produk Cina relatif murah, sehingga masyarakat lebih berminat. Harga produk Ciba 56 persen lebih murah dibanding produk Indonesia.
Murahnya produk Cina karena didukung oleh kebijakan dan infrastruktur yang mapan. Utamanya dari segi pembiayaan perbankan. Misalnya, pengusaha di Cina bisa mendapatkan kredit dengan bunga hanya 3 persen per tahun. Kondisinya berbanding terbalik dengan Indonesia.
Selain itu yang membuat harga produk Cina lebih murah adalah fasilitas dan infrastruktur yang sudah memadai. Berbeda dengan Indonesia, biaya operasional jalan ini menjadi salah satu beban mahal. Dari sisi produktifitas, satu produk di Indonesia juga membutuhkan 3 tenaga kerja dibanding Cina. Dan juga karena bahan baku di Cina lebih murah dibandingkan di Indonesia.
Bangsa Indonesia perlu menerapkan peraturan baru dalam hal ekspor impor ini agar ada proteksi terhadap semua barang dan jasa asli Indonesia. Bila tidak, maka pengusaha Indonesia akan lebih senang menjadi penyalur dan pedagang daripada memproduksi barang dagangan. Jika itu terjadi, penduduk Indonesia yang berjumlah ratusan juta ini hanya bisa menjadi daerah pemasaran barang dari negara lain. Jika itu terjadi, bangsa ini pasti akan semakin terpuruk dan utang luar negeri Indonesia akan semakin membengkak untuk mendanai pembelian barang dan jasa dari luar negeri.

 VI.            Daftar Pustaka
Buku Intisari Ekonomi, Drs. Nur Jaka, Pustaka Setia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar