HARGA PRODUK DALAM NEGERI DAN HARGA PRODUK LUAR NEGERI
I.
Abstrak
Ketika ekspor sebuah
negara lebih besar daripada impornya, itu artinya negara tersebut mengalami
surplus perdagangan. Surplus perdagangan ini berdampak sanagat baik terhadap
perekonomian bangsa tersebut. Misalnya, Cina. Dengan kehebatan bangsa Cina
membuat produk murah yang tampak begitu menarik, telah membuat negara ini bisa
mengekspor barangnya ke seluruh dunia termasuk Amerika. Bahkan ada istilah ‘The
China’ yang ditujukan bagi barang-barang buatan Cina.
Barang-barang buatan
Cina itu mungkin saja kualitasnya masih kurang dibandingkan dengan produk
serupa dari negara lain yang lebih mementingkan sebuah kualitas. Tetapi produk
Cina ini memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga mereka tidak terlalu
memperdulikan kualitas. Bagi mereka adalah mereka ingin memiliki barang
tersebut walaupun kualitas yang jauh lebih rendah.
Murahnya barang-barang
dari Cina ini telah membuat banyak negara berpikir dan menerapkan strategi
perdagangan baru dengan Cina. Amerika saja kelimpungan menghadapi serbuan
barang-barang dari Cina apalagi Indonesia yang
teknologinya masih kalah jauh dari Amerika. Orang Cina yang sangat
kreatif dengan tenaga kerja yang murah, telah membuat bangsa Tirai Bambu itu
mampu membuat barang-barang yng dibutuhkan oleh masyarakat dengan biaya
produksi yang sangat murah.
Indonesia pun banyak
sekali mengimpor barang dari luar negeri. Keadaan seperti inilah yang
menyebabkan kebutuhan di Indonesia lebih mahal, karena pemerintah selalu menggunakan
produk-produk luar negeri dibandingkan dalam negeri.
Banyak sekali dari
kita yang membanggakan apa yang kita gunakan, padahal itu adalah produk luar
negeri. Misalnya dari fashion, alat rumah tangga dan produk lainnya, yang
penting luar negeri! Ternyata banyak produk dalam negeri yang menjadi pemasok merk-merk mahal dan terkenal
dari luar negeri. Jika pandangan kita terus dibiarkan seperti ini, produk dalam
negeri kita akan menerus tidak ada dukungnan dari dalam negeri untuk
mempopulerkan di luar negeri.
Ada juga produk dalam
negeri mulai dibanggakan setelah produk itu bisa menembus pasar luar negeri,
baru setelah itu masyarakat dalam negeri membanggakan dan mengenal hasil produk
itu dari dalam negeri sendiri.
II.
Pendahuluan
Pada era gloalisasi
ini kita harus mengetahui perkembangan perekonomian Indonesia terutama pada
masalah persaingan harga produksi. Baik produk dalam negeri maupun produk luar
negeri. Dengan mengetahui harga-harga
pasar dalam persaingan tersebut kita bisa mengetahui kondisi ekonomi yang
terjadi. Apalagi pada saat tingkat produksi tinggi. Mau tidak mau negara harus
mengikuti perkembangan harga yang terjadi pada sistem perekonomian tersebut.
Pada saat itu juga,
jika ada perubahan pada harga-harga akan mempengaruhi perekonomian suatu negara
juga. Karena negara juga bisa memikirkan bagaimana bisa mengimbangi harga pasar
Internasional dan juga dibarengi dengan bisa mensejahterakan masyarakatnya.
Pemerintah juga harus memperhatikan barang-barang yang di impor. Jangan semua
barang pokok harus diimpor dari luar. Pemerintah juga harus lebih memperhatikan
produk dalam negeri yang tidak kalah bagus kualitasnya dibanding luar negeri.
Setidaknya pemerintah
juga menyarankan agar masyarakat lebih menggunakan produk dalam negeri
dibandingkan luar negeri. Sebenarnya ada beberapa faktor yang menyebabkan
pemerintah harus mengimpor produk dari luar negeri. Seperti terbatasnya bahan
yang diperlukan untuk membuat barang tersebut. Ada juga keterkaitan biaya dan
masih banyak lagi.
Kita harus bangga dan
mendukung brand dalam negeri kita. Dengan adanya dukungan dari konsumen dalam
negeri, merk/brand dalam negeri dapat lebih cepat terkenal dan go
internasional. Karena produk dalam negeri juga memiliki standar internasional
yang membanggakan.
Semoga tulisan ini
dapat sedikit menggugah rasa cinta kita akan produk Indonesia. Jangan sampai
produk dalam negeri kita lebih dahulu dikenal diluar negeri barulah kita
mengenalnya. Kita harus lebih mencintai produk dalam negeri kita sebelum mereka
mencintai produk kita.
Indonesia harus
menghadapi pergolakan ekonomi global pada tahun 2013 ini dengan optimis. Sebab
dalam hal perekonomian, pemerintah Indonesia tidak hanya berorientasi pada
ekspor. Kebijakan ini sangat tepat karena fakta menunjukkan bila harga produk
dalam negeri memiliki peran penting dalam menjaga stabiitas pertumbuhan ekonomi
nasional.
III.
Landasan Teori
Dewasa ini kita
mengetahui bahwa pasar perdagangan di negara kita dibanjiri produk luar negeri
terutama produk Cina setelah Asean-China Trade Agreement (ACFTA). Seperti dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya handphone Cina telah tersebar luar di
masyarakat dengan cepat karena harganya yang terjangkau oleh kalangan masyrakat
Indonesia. Belum lagi produk Cina yang lain seperti alat-aat tulis, alat
kebersihan, alat komunikasi lainnya bahkan sendal sekalipun.
CINA dipastikan
bergabung dengan negara-negara ASEAN dalam melakukan perdagangan antar negara
atau yang lebih dikenal dengan Asean Free Trade Area (AFTA). Bagi Indonesia ini
berarti memperbolehkan produk-produk Cina masuk ke Indonesia tanpa ada hambatan
tarif untuk menguasai pasar domestik. Cina terkenal dengan prestasinya dalam
perekonomian yang stabil. Pada perdagangan internasional produk yang mampu
bersaing secara global dengan perusahaan-perusahaan besar kelas dunia dan
kesuksesannya menahan laju perusahaan asing di pasar lokal.
Dengan dimulainya AFTA
pada 1 Januari 2010, otomatis perusahaan Cina akan mengekspor produknya ke
pasar domestik Indonesia. Mereka yang mengekspor tersebut adalah perusahaan
yang telah teruji dan terbukti mampu bersaing dengan perusahaan multinasional
di pasar lokal negaranya dengan memanfaatkan jaringan, faktor produksi dan
infrastruktur lokal yang tersedia.
IV.
Pembahasan
Masuknya Indonesia
menjadi bagian WTO (World Trade Organization) dengan segala aturan perdagangan
bebasnyaterutama pembebasan biaya ekspor impor beberapa produk perdagangan
sangat membantu membanjiri produk Cina di Indonesia dan akhirnya berdampak juga
di Indonesia. Sebagian besar dari masyarakat Indonesia sudah sering melihat
bahan buatan Cina sejak kita masih kecil. Ironis memang dari barang-barang
kecil sehari-hari seperti gunting kuku dan mainan sampai mesin-mesin industri
semua Made In China. Pada akhirnya pola pikir masyarakat kita terbuai dan
seolah terlalu mengagumkan produk impor dan mengabaikan produk lokal.
Sektor agribisnis
pertanian tak luput dari dampak tersebut, produk hortikultura segar dari Cina
terutama buah-buahan sering kita lihat di
pasar, kios buah ataupun di Supermarket dengan harga murah serta packing
yang menarik. Masyarakat yang pada faktanya memilih produk tersebut
berimplikasi pada produk lokal yang tidak laku.
Faktor-faktor
penyebab harga produk Cina lebih murah dibanding produk lokal
Pemerintah Cina membuat kebijakan Revolusioner dan Visioner
di bidang pertanian seperti :
a.
Membangun
Infrastruktur secara Modern
Pembangunan sarana
infrastruktur seperti gedung dan sarana transportasi yang terintegrasi turut
berperan dalam peningkatan produksi dan menekan harga pokok produksi.
b.
Membangun Industri
Pertanian
Pembangunan industri
pertanian dengan mesin-mesin industri yang sangat efisien dan efektif
mendongkrak hasil pertanian.
c.
Mengurangi Jumlah
Petani
Walaupun strategi ini
akan tidak relawan apabila masyarakat Cina sudah sangat concern dengan lahan pertanian.
Namun pemerintah Cina menyadari bahwa lahan pertanian tidak bertambah luas.
Sementara populasi penduduk terus bertambah. Meningkatnya jumlah penduduk yang
menjadi petani dan bekerja di ladang menyulitkan peningkatan pendapatan mereka,
mengingat lahan yang akan dikelola petani semakin sempit. Karema alasan itu
pemerintah Cina semakin gencar mengembangkan industri. Para petani yang bekerja
di ladang perlahan-lahan ditarik dari ladang dan bekerja di pabrik-pabrik.
Sebagian petani juga bekerja di industri pengolahan.
d.
Meninggalkan Cara
Pertanian Konvensional
Teknologi pertanian
merupakan hal yang sangat dicermati di Cina. Penggunaan benih transgenik hasil
riset untuk mendongkrak produktivitas merupakan salah satu cara Cina untuk
berubah.
e.
Adanya Bank Pertanian
di Cina
Bank khusus pertanian
di Cina telah membantu tumbuh kembangnya sektor pertanian dimana aturannya
sangat bersahabat dengan para petani ataupun pengusaha seperti bunga kredit
yang rendah, insentif, tax free, tax refund, dan lain-lain yang menumbuhkan
iklim usaha pertanian yang sehat.
f.
Kebijakan Bank Sentral
Cina untuk Mempertahankan Level Yuan
Sesuatu yang banyak
pihak menilai bahwa hal ini kurang Fair adalah kebijakan Bank Sentral Cina yang
menjaga level Yuan agar tidak terapresiasi dan tetap berada pada level rendah
terhadap US Dollar yang berimplikasi pada harga produk Cina yang rendah.
Rantai
Distribusi
Tidak seperti aturan
ekspor impor antar negara yang sudah diatur secara tegas di WTO, perjanjian
bilateral maupun multilateral. Diperkirakan karena panjangnya rantai birokrasi
dan distribusi di negara ini membuat riskan akan datangnya pungutan liar.
Harga
Bahan Pertanian yang Relatif Mahal
Harga benih, eceran
pupuk kimia dan pestisida yang mahal ditambah dengan ketergantungan petani
terhadap pupuk kimia turut mendongkrak harga pokok produksi produk Agribisnis.
V.
Kesimpulan
Masyarakat Indonesia
masih belum bisa lepas dari produk luar negeri, terlebih produk Cina. Karena
produk Cina relatif murah, sehingga masyarakat lebih berminat. Harga produk
Ciba 56 persen lebih murah dibanding produk Indonesia.
Murahnya produk Cina
karena didukung oleh kebijakan dan infrastruktur yang mapan. Utamanya dari segi
pembiayaan perbankan. Misalnya, pengusaha di Cina bisa mendapatkan kredit
dengan bunga hanya 3 persen per tahun. Kondisinya berbanding terbalik dengan
Indonesia.
Selain itu yang
membuat harga produk Cina lebih murah adalah fasilitas dan infrastruktur yang
sudah memadai. Berbeda dengan Indonesia, biaya operasional jalan ini menjadi
salah satu beban mahal. Dari sisi produktifitas, satu produk di Indonesia juga
membutuhkan 3 tenaga kerja dibanding Cina. Dan juga karena bahan baku di Cina
lebih murah dibandingkan di Indonesia.
Bangsa Indonesia perlu
menerapkan peraturan baru dalam hal ekspor impor ini agar ada proteksi terhadap
semua barang dan jasa asli Indonesia. Bila tidak, maka pengusaha Indonesia akan
lebih senang menjadi penyalur dan pedagang daripada memproduksi barang
dagangan. Jika itu terjadi, penduduk Indonesia yang berjumlah ratusan juta ini
hanya bisa menjadi daerah pemasaran barang dari negara lain. Jika itu terjadi,
bangsa ini pasti akan semakin terpuruk dan utang luar negeri Indonesia akan
semakin membengkak untuk mendanai pembelian barang dan jasa dari luar negeri.
VI.
Daftar Pustaka
Buku
Intisari Ekonomi, Drs. Nur Jaka, Pustaka Setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar